Rabu, 09 November 2011

Dampak negatif pasca gempa bali & reshufle kabinet bgi dunia bisnis

Gempa Bali
Bali diguncang gempa, Kamis 13 Oktober 2011, kemarin. Tak tanggung-tanggung, Pulau Dewata itu diguncang dua kali gempa cukup besar.
Pertama, gempa sebesar 6,8 Skala Richter pada pukul 11.16 WITA. Beberapa jam kemudian, pukul 15.52 WITA destinasi pariwisata internasional itu kembali diguncang gempa dengan kekuatan yang lebih rendah, 5,6 Skala Richter.
  • Dampak gempa untuk bisnis hotel
Hasil pemantauan perhimpunan hotel dan restoran Indonesia (PHRI) Bali menunjukkan secara umum hotel-hotel di Bali hanya mengalami kerusakan ringan pasca gempa berkekuatan 6,8 skala richter yang mengguncang Bali, Kamis siang. Tapi akibat gempa, beberapa wisatawan di Bali memilih untuk meninggalkan hotel.
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali melaporkan secara umum hotel-hotel di Bali terutama di kawasan Kuta dan Nusa Dua hanya mengalami kerusakan ringan setelah gempa berkekuatan 6,8 skala Richter mengguncang Bali.
Kerusakan tersebut berupa genteng yang jatuh, plafon yang rusak dan tembok retak. Selain itu hingga saat ini PHRI Bali belum menerima adanya laporan wisatawan yang terluka akibat gempa. Tapi, beberapa hotel di kawasan Kuta melaporkan beberapa wisatawan memilih meninggalkan hotel.
Walaupun begitu, wisatawan yang meninggalkan hotel tidak betujuan meninggalkan Bali. Sekretaris PHRI Bali Ferry Markus saat dihubungi melalui telepon, Kamis malam, mengungkapkan para wisatawan memilih tinggal di cottage atau pondok wisata agar mempermudah penyelamatan diri ketika terjadi gempa.
“Mereka takut dengan hotel yang bentuknya gedung. Banyak hotel baru sekarang seperti condotel, sekarang mereka mencari hotel yang tidak bertingkat. Kalau dia mau keluar untuk mencari tempat yang aman mudah, tidak harus lewat tangga dan tempatnya luas. Ini yang tadi kita lihat ada hotel yang wisatawanya bawa koper keluar," kata Ferry Markus.

Sumber:http://www.voanews.com/indonesian/news/Akibat-Gempa-Hotel-di-Bali-Alami-Kerusakan-Ringan-131792228.html

Reshuffle Kabinet
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah melaku kan reshuffle kabinet beberapa menteri dan wakil menteri. Meskipun diwarnai dengan kontroversi terhadap perubahan menteri dan penambahan wakil menteri serta sosok beberapa personelnya, masyarakat kini menunggu hasil kerja kabinet hasil reshuffle tersebut.

Pertama, masyarakat akan membandingkan dengan kinerja kementerian sebelumnya, kedua, hasil kinerja kabinet untuk mencapai tujuan kesejahteraan dan menghadapi tantangan, khususnya krisis global.

Dampak krisis ekonomi global telah membuat semua indeks pasar finansial dunia meradang mengikuti Wall Street. Volatilitas indeks pasar finansial tersebut menggambarkan ketidakpastian ekonomi AS dan Eropa yang menimbulkan respons kepanikan investor global.

Namun seiring dengan waktu, limpahan likuiditas pasar global akan terus mencari instrumen dan pasar yang lebih prospektif. Salah satunya adalah Bursa Efek Indonesia dan sebagian bursa di Asia lainnya.

Arus dana akan terus membanjiri Indonesia sepanjang pemuli han ekonomi AS dan Eropa masih belum menjanjikan bagi investor. Diprediksikan capital inflow akan masuk hingga 2014. Pilihan portofolio akan membuat IHSG kembali menguat bahkan berpotensi menciptakan risiko penggelembungan nilai aset (bubble).

Dana asing (capital inflow) dikhawatirkan akan masuk hanya pada saham-saham atau aset (saham) tertentu saja yang nilai pasarnya sudah jauh di atas nilai wajar (fundamentalnya).

Bagaimana cara mengatasi bubble? Perusahaan harus lebih didorong untuk masuk ke bursa untuk menambah suplai instrumen di pasar modal. Salah satu cara terbaik pemerintah adalah segera menyiapkan BUMN-BUMN yang memiliki prospek menjanjikan untuk go public atau IPO, terutama BUMN di sektor infrastruktur, logistik, dan keuangan.

Dengan menyiapkan IPO tersebut diharapkan dana asing terserap secara efisien dan efektif untuk pengembangan bisnis BUMN.  Maka akan banyak proyek-proyek pemerintah yang dapat dikerjakan untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional.

Namun, sejauh ini upaya Kementerian BUMN untuk IPO masih rendah, dalam 2 tahun terakhir hanya dua BUMN saja yang mampu melakukan IPO. Pemerintah tampak ragu untuk melanjutkan IPO dalam waktu dekat ini. Menteri BUMN Dahlan Iskan dan Wakil Menteri BUMN Mahmuddin Yasin diharapkan akan punya keberanian dan strategi baru untuk mempersiapkan IPO beberapa BUMN potensial.

Dampak krisis global
Menjelang berakhir 2011, perekonomian global kembali dihadapkan dengan situasi yang tidak menggembirakan, khususnya dari Amerika Serikat dan Eropa. Kondisi perekonomian AS masih melemah dan tertekan oleh tingginya pengangguran. Kondisi ekonomi Eropa juga semakin mengkhawatirkan dengan risiko gagal bayar utang pemerintah.



Pada September lalu, IMF kembali mengoreksi proyeksinya 0,5% lebih rendah untuk 2011 dan 2012 menjadi masing-masing hanya 4%. Kondisi ekonomi global tersebut tentu tidak menguntungkan bagi Indonesia. Indikasinya sudah terlihat dari kinerja pasar keuangan kita.
Sejak Agustus lalu, IHSG mengalami pelemahan dan r upiah bergejolak. Beruntung, kondisi fundamental makroekonomi dan mikro emiten kita cukup solid sehingga mampu menahan gejolak yang berlebih, dan koreksi yang terjadi relatif minimal. Bank Indonesia menurunkan level BI Rate sebesar 6,5% mengingat besarnya ekses likuiditas akibat masuknya dana-dana asing ke Indonesia.
Selain itu, untuk mendorong kegiatan di pasar uang antarbank, BI juga memperlebar batas bawah kkoridor suku bunga operasi moneter yang semula 100 bps menjadi 150 bps di bawah BI Rate.
Saat ini efek yang ditimbulkan akibat ketidakpastian perekonomian global memang masih terbatas.  BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal III-2011 akan mencapai 6,6%.

Ekspor diperkirakan masih tum buh cukup tinggi sejalan dengan perkiraan masih tingginya realisasi perdagangan dunia serta harga komoditas dunia. Namun, pengaruh penurunan pertumbuhan ekonomi global diperkirakan mulai terasa pada kinerja ekspor kita, setidaknya pada kuartal IV-2011.

Secara umum, pelemahan sektor perdagangan Indonesia ini akan mengganggu kinerja perekonomian Indonesia. Khusus pada 2011, dampaknya memang relatif rendah karena pertumbuhan ekonomi kita akan tertolong oleh kinerja sektor konsumsi: masyarakat dan pemerintah yang diperkirakan tinggi pada kuartal III dan IV-2011.
 Untuk mencegah dampak pe nurunan yang lebih dalam akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi global, penguatan ekonomi domestik menjadi hal yang vital.

Langkah-langkah pengamanan melalui penguatan ekonomi do mestik yang pernah ditempuh pada 2009 (sebagai antisipasi krisis global pada 2008), baik di bidang fiskal maupun moneter, tetap relevan untuk kembali diterapkan pada 2012.

Saat ini momentum yang tepat untuk melakukan berbagai pe nyesuaian atas kebijakan yang ada. RAPBN 2012 sedang dalam pembahasan sehingga terdapat ruang untuk melakukan pe nyesuaian, misalnya kembali merancang insentif fiskal atau stimulus fiskal atau menambah anggaran risiko fiskal.

Pembahasan Undang-Undang tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK) juga harus di tuntaskan agar kita miliki protokol yang jelas dalam penanganan krisis sistem keuangan antara otoritas moneter, fiskal dan melibatkan DPR dan aparat penegakan hukum.

“Risiko krisis dari Amerika Serikat dan Eropa masih berlangsung. Dan, kita belum tahu apakah ini nanti lead-nya kepada yang namanya double dip recession atau hanya gejolak ekonomi yang sifatnya temporer,” ujar Kepala BKF, dalam konferensi pers terkait perkembangan terkini ekonomi makro dan realisasi APBN, di Jakarta, Rabu ( 28 Sept.) sore. Jika terjadi double-dip recession, dampaknya pada ekonomi Indonesia tahun 2012 akan signifikan.  Ini mengindikasikan Pemerintah belum mempersiapkan langkah menghadapi krisis global. Banyak pernyataan para pejabat keuangan baru sebatas retorika dengan menyatakan bahwa Indonesia tahan krisis.

Fokus kabinet

“Saya melihat sebagi pengusaha bahwa krisis itu akan sangat berat dibandingkan dengan 2008. Karena masalah yang paling utama itu yang krisis itu negara, dulu  kan yang krisis sector keuangan yang dimulai dengan Lehman Brother, itu perusahaan itu bisa ditutup semua, tetapi kalau Negara kan nggak bisa ditutup,” kata pengusaha Sofyan Wanandi.
Dia mengatakan seperti pla krisis ebelumnya akan terjadi proses merember dari sector keuangan ke sector riil. Indonesia dipastikan terkena imbas dari sisi permintaan pasar ekspor terutama dari Eropa.

“Kita bisa lihat rupiah kita melemah. Karena krisis yang di Yunani itu saya piker tidak bisa bayar dan default. IMF dan Euro tidak membantu dia. Bagaimana kita kalau dia default. Kalau Yunani kena, bank-bank dari Prancis sudah kena, langsung turun harganya 8% segala macam,” katanya.
 
Menurutnya solusi yang paling ampuh dari krisis saat ini dan ke depannya adalah menguasai pasar dalam negeri. Selain itu, terus mendorong infrastruktur di Indonesia agar geliat ekonomi bisa lebih tinggi.



Sofjan mengakui pertemuan kali ini merupakan pertemuam terbuka antara pengusaha dan Presiden. Pada kesempatan tersebut pengusaha menyampaikan unek mereka termasuk kelemahan di pemerintahan pusat dan daerah.

“Dijanjikan akan bertemu 3 bulan sekali, kita bersama-sama hadapi krisis ini dan bagaimana kita kalau investasi luar negeri karena krisis ini terhambat atau tertunda. Kita dalam negeri harus investasi,” katanya.

Kerja sama yang baik antara pengusaha dan pemerintah yang terjalin baik pada waktu menghadapi krisis 2008 perlu menjadi contoh dan referensi saat ini.  Fokus domestik harus terwujud di dalam APBN 2012. Reorientasi ketersediaan energi dan pangan bagi kebutuhan domestik harus diprioritaskan.
Menteri ESDM yang baru, Jero Wacik, harus cepat bertindak.  Fokusnya utamanya bukan untuk melakukan negosiasi ulang atas kontrak, tetapi peningkatan produksi minyak, penyediaan gas domestik, penghematan konsumsi dan subsidi BBM dan listrik penyelesaian freeport dan newmont untuk kepentingan nasional.

Menteri Perdagangan Gita Wiryawan juga perlu memfokuskan pada pertumbuhan perdagangan dalam negeri melalui pasar tradisional, perlindungan terhadap praktik-praktik yang merugikan produk dalam negeri dan memperluas pasar luar negeri. Hal-hal tersebut belum sempat dituntaskan oleh menteri sebelumnya Mari Pangestu.

Krisis global mengharuskan Indonesia untuk memperkuat kerja sama global. Pada tahun 2008 kita melakukan kerja sama global dalam forum G20, Asean+3, dan swap bilateral dengan Jepang dan China. Langkah-langkah tersebut terbukti efektif melawan krisis global. Saat ini upaya tersebut sangat minimal. Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar sangat kompeten dalam wilayah tersebut. Kita tunggu kinerjanya.

Terlepas dari masalah kontroversi terhadap reshuffle kabinet, masyarakat tetap berharap hasil maksimal dari kabinet hasil reshuffle mengatasi krisis global.